JANGANLAH MARAH
1.
Memuji Tuhan : KJ 353 : 1 dan 2
2.
Berdoa untuk Firman Tuhan
Selamat pagi Bapak di Sorga,
Terima kasih atas pemebrian hari baru kepada kami,
Terima kasih atas kesehatan yang telah Engkau berikan kepada
kami,
Terima kasih atas memberikan kesempatan kepada kami untuk
bermazmur memeji NamaMu yang agung dan terima kasih atas kesempatan untuk
selalu belajar tentang FirmanMu yang hidup.
Bapa sebentar lagi kami akan membaca firman-Mu.
Penuhi kami dengan kuasa Roh Kudus, supaya kami bisa merasakan
kehadiran-Mu.
Kami ingin firman-Mu, hidup di dalam kehidupan kami. Jangan
biarkan firman-Mu berlalu begitu saja.
Mampukan kami Untuk selalu merenungkan dan melaksanakan
firman-Mu setiap hari apapun tantangannya.
Biarkan firman-Mu menjadi penuntun jalan hidup kami.
Bapa dengarlah doa kami ini Dalam nama Yesus kami berdoa,
Amin.
“Berhentilah
marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada
kejahatan. Sebab orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan, tetapi
orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN akan mewarisi negeri.”
(Kolose 3:8).
“Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan,
fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu.”
Berbahagialah
saudaraku yang membaca, merenungkan, dan melakukan Firman Tuhan ini dalam
setiap laku.
4.
Renungan :
Pada suatu ketika, ada seorang
anak laki-laki yang bersifat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah sang
anak, Ayahnya memberinya sekantong paku dan menyuruh anaknya tersebut untuk
memakukan sebuah paku di pagar belakang rumah, setiap kali ia marah.
Pada hari Pertama, anak itu
telah memakukan 48 paku di pagar setiap kali ia marah. Namun hari berikutnya
jumlah paku yang ia pakukan semakin berkurang.
Dari hal ini ia mengambil
hikmah bahwa menahan amarah lebih mudah dari pada memakukan paku ke pagar.
Akhirnya, anak tadi percaya
bahwa ia sudah bisa mengontol amarahnya dan kesabarannya tidak mudah hilang.
Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya kemudian ayahnya menyuruhnya
mencabuti paku tersebut setiap hari yaitu pada saat ia tidak marah.
Hari-hari berlalu, anak
laki-laki itu memberitahukan kepada ayahnya bahwa semua paku yang telah ia
pakukan di pagar tersebut telah ia cabut. Lalu ayah menuntun anak itu untuk
melihat pagar tersebut.
Ayahnya berkata, kamu
berhasil dengan baik anakku. Tapi lihatlah lubang-lubang di pagar ini.
Bagaimanapun pagar ini tidak akan bisa kembali seperti sebelumnya.
Bapak, Ibu Saudara yang
diberkati Tuhan.
Tentu siapa pun yang
mendengar dan memahami ilustrasi tadi, memahami dengan baik apa maksud dari
ilustrasi tersebut.
Namun apa yang terjadi
akhir akhir ini dinegara kita ! Ketika kita masih duduk dibangku SMA/SMP kata
kata NKRI tidak sering disebut sebut. Tetapi akhir akhir ini setiap hari kata
NKRI disebut sebut oleh pemangku kekuasaan, mengapa takut Negara ini pecah.
Mereka mempertontonkan kemarahannya
tanpa rasa bersalah. Mereka merasa bahwa kemarahan itu wajar, layak atau bahkan
mutlak diperlukan untuk memaksakan kehendak atau keyakinan mereka. Mereka lalu
merasa berhak untuk menghakimi dan membunuh orang yang berseberangan dengan
mereka, dengan cara yang sangat keji. Yang lebih gila lagi, mereka mengatas namakan
Tuhan dalam melakukan itu, seolah-olah Tuhan membenarkan manusia untuk membunuh
sesamanya dengan alasan-alasan tertentu. Pemaksaan dengan tekanan, ancaman atau
siksaan menjadi semakin marak terjadi tanpa kontrol yang tegas. Sangat sulit
mencari tempat yang benar-benar aman, karena setiap saat kita bisa menjadi
korban dari orang-orang yang tidak bisa mengontrol kemarahannya.
Kemarahan membuat orang
tidak lagi bisa berpikir jernih, dan pada akhirnya bukan saja kemarahan itu
bisa merugikan orang lain, tetapi untuk diri sendiri pun kemarahan bisa
menimbulkan banyak masalah yang pada suatu ketika kelak akan kita sesali.
Ada beberapa hal yang bisa
menjadi catatan kita akan bahaya yang terkandung di balik sebuah amarah.
Perhatikan, ada dosa mengintip dibalik kemarahan kita. Kemarahan biasanya masih
bisa cepat diredam ketika masih baru kita rasakan, tetapi cobalah biarkan
kemarahan itu bertambah besar, pada suatu titik nanti kita tidak lagi sanggup
meredamnya karena sudah terlalu besar dan disanalah dosa-dosa mengintip untuk
menghancurkan kita. Kemarahan yang kita biarkan berlarut-larut akan
menjadi lahan permainan yang sangat menarik bagi iblis. Itu sama dengan
membuka kesempatan bagi iblis untuk menjebak dan menjerumuskan kita. Dengan
membiarkan kemarahan, itu artinya kita memberi ruang gerak seluas-luasnya bagi
iblis untuk menari dan berpesta pora untuk membinasakan kita.
Ketika kita mengatakan
sesuatu kepada orang lain dengan kemarahan, kata-katamu akan meninggalkan bekas
di hati orang lain. Tidak peduli berapa kali kita meminta maaf luka itu akan
tetap ada. Dan luka karena kata-kata, sama buruknya dengan luka fisik.
Berhati-hatilah dengan perkataan dan amarahmu jangan sampai melukai hati orang
lain.
Alkitab mengingatkan dalam
begitu banyak kesempatan agar kita tidak membiarkan amarah menguasai diri kita.
Daud mengingatkan“Berhentilah
marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada
kejahatan. Sebab orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan, tetapi
orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN akan mewarisi negeri.”
5.
Doa safaat
6.
Pujian Penutup KJ
410 : 1 dan 2 Tenanglah kini hatiku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar