Kamis, 19 Januari 2017

RENUNGAN 21 JANUARI 2017 "JANGANLAH MARAH"



JANGANLAH MARAH

1.       Memuji Tuhan : KJ 353 : 1 dan 2

2.       Berdoa untuk Firman Tuhan
Selamat pagi Bapak di Sorga,
Terima kasih atas pemebrian hari baru kepada kami,
Terima kasih atas kesehatan yang telah Engkau berikan kepada kami,
Terima kasih atas memberikan kesempatan kepada kami untuk bermazmur memeji NamaMu yang agung dan terima kasih atas kesempatan untuk selalu belajar tentang FirmanMu yang hidup.
Bapa sebentar lagi kami akan membaca firman-Mu.
Penuhi kami dengan kuasa Roh Kudus, supaya kami bisa merasakan kehadiran-Mu.
Kami ingin firman-Mu, hidup di dalam kehidupan kami. Jangan biarkan firman-Mu berlalu begitu saja.
Mampukan kami Untuk selalu merenungkan dan melaksanakan firman-Mu setiap hari apapun tantangannya.
Biarkan firman-Mu menjadi penuntun jalan hidup kami.
Bapa dengarlah doa kami ini Dalam nama Yesus kami berdoa,
Amin.

3.        Firman Tuhan : (Mazmur 37:89) dan (Kolose 3:8).
“Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan. Sebab orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN akan mewarisi negeri.”
“Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu.”

Berbahagialah saudaraku yang membaca, merenungkan, dan melakukan Firman Tuhan ini dalam setiap laku.

4.       Renungan :
Pada suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, Ayahnya memberinya sekantong paku dan menyuruh anaknya tersebut untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang rumah, setiap kali ia marah.
Pada hari Pertama, anak itu telah memakukan 48 paku di pagar setiap kali ia marah. Namun hari berikutnya jumlah paku yang ia pakukan semakin berkurang.
Dari hal ini ia mengambil hikmah bahwa menahan amarah lebih mudah dari pada memakukan paku ke pagar.

Akhirnya, anak tadi percaya bahwa ia sudah bisa mengontol amarahnya dan kesabarannya tidak mudah hilang. Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya kemudian ayahnya menyuruhnya mencabuti paku tersebut setiap hari yaitu pada saat ia tidak marah.

Hari-hari berlalu, anak laki-laki itu memberitahukan kepada ayahnya bahwa semua paku yang telah ia pakukan di pagar tersebut telah ia cabut. Lalu ayah menuntun anak itu untuk melihat pagar tersebut.

Ayahnya berkata, kamu berhasil dengan baik anakku. Tapi lihatlah lubang-lubang di pagar ini. Bagaimanapun pagar ini tidak akan bisa kembali seperti sebelumnya.

Bapak, Ibu Saudara yang diberkati Tuhan.
Tentu siapa pun yang mendengar dan memahami ilustrasi tadi, memahami dengan baik apa maksud dari ilustrasi tersebut.



Namun apa yang terjadi akhir akhir ini dinegara kita ! Ketika kita masih duduk dibangku SMA/SMP kata kata NKRI tidak sering disebut sebut. Tetapi akhir akhir ini setiap hari kata NKRI disebut sebut oleh pemangku kekuasaan, mengapa takut Negara ini pecah.
Mereka mempertontonkan kemarahannya tanpa rasa bersalah. Mereka merasa bahwa kemarahan itu wajar, layak atau bahkan mutlak diperlukan untuk memaksakan kehendak atau keyakinan mereka. Mereka lalu merasa berhak untuk menghakimi dan membunuh orang yang berseberangan dengan mereka, dengan cara yang sangat keji. Yang lebih gila lagi, mereka mengatas namakan Tuhan dalam melakukan itu, seolah-olah Tuhan membenarkan manusia untuk membunuh sesamanya dengan alasan-alasan tertentu. Pemaksaan dengan tekanan, ancaman atau siksaan menjadi semakin marak terjadi tanpa kontrol yang tegas. Sangat sulit mencari tempat yang benar-benar aman, karena setiap saat kita bisa menjadi korban dari orang-orang yang tidak bisa mengontrol kemarahannya.
Kemarahan membuat orang tidak lagi bisa berpikir jernih, dan pada akhirnya bukan saja kemarahan itu bisa merugikan orang lain, tetapi untuk diri sendiri pun kemarahan bisa menimbulkan banyak masalah yang pada suatu ketika kelak akan kita sesali.

Ada beberapa hal yang bisa menjadi catatan kita akan bahaya yang terkandung di balik sebuah amarah. Perhatikan, ada dosa mengintip dibalik kemarahan kita. Kemarahan biasanya masih bisa cepat diredam ketika masih baru kita rasakan, tetapi cobalah biarkan kemarahan itu bertambah besar, pada suatu titik nanti kita tidak lagi sanggup meredamnya karena sudah terlalu besar dan disanalah dosa-dosa mengintip untuk menghancurkan kita.  Kemarahan yang kita biarkan berlarut-larut akan menjadi lahan permainan yang sangat menarik bagi iblis. Itu sama dengan membuka kesempatan bagi iblis untuk menjebak dan menjerumuskan kita. Dengan membiarkan kemarahan, itu artinya kita memberi ruang gerak seluas-luasnya bagi iblis untuk menari dan berpesta pora untuk membinasakan kita.

Ketika kita mengatakan sesuatu kepada orang lain dengan kemarahan, kata-katamu akan meninggalkan bekas di hati orang lain. Tidak peduli berapa kali kita meminta maaf luka itu akan tetap ada. Dan luka karena kata-kata, sama buruknya dengan luka fisik. Berhati-hatilah dengan perkataan dan amarahmu jangan sampai melukai hati orang lain.

Alkitab mengingatkan dalam begitu banyak kesempatan agar kita tidak membiarkan amarah menguasai diri kita. Daud mengingatkan“Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan. Sebab orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN akan mewarisi negeri.”

5.        Doa safaat



6.        Pujian Penutup KJ 410 : 1 dan 2  Tenanglah kini hatiku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar